Artikel (pemilu 2014 : Populer Partai atau Tokoh)
Pemilu 2014: Populer Partai atau Tokoh?
Parpol tetap marak diperbincangkan mendekati pemilu mendatang. Namun Jokowi effect-lah yang menyebabkan perhatian publik tersita pada pada satu tokoh.
Jakarta–Melihat dikejar-kejarnya figur-figur tertentu oleh parpol guna digadang pada 2014 muncul pertanyaan, masihkah parpol merupakan instrumen politik yang efektif untuk mendulang suara pemilih? Ataukah sebaliknya, parpol lebih mengandalkan tokoh ketimbang kerja dan kedekatan riilnya dengan masyarakat untuk melambungkan suara?
Berangkat dari pertanyaan ini, Prapancha Research (PR) melakukan pantauan terhadap frekuensi perbincangan tokoh potensial capres dan parpol terkait Pemilu 2014 dalam rentang setahun terakhir (1 September 2012-1 Oktober 2013) di jejaring sosial Twitter.
Analis Prapancha Research Adi Ahdiat mengatakan, saat perbincangan tentang Jokowi, Megawati, Prabowo, Aburizal Bakrie dalam kaitannya dengan Pemilu 2014 digabungkan, jumlahnya mencapai 208 ribu celotehan. Sementara jumlah perbincangan mengenai Demokrat, Golkar, PDIP, serta PKS dalam kaitannya dengan Pemilu 2014 sebanyak 184 ribu celotehan.
“Awalnya kami mengira perbincangan parpol dalam kaitannya dengan 2014 memang secara umum sedang tidak seintens perbincangan perihal tokoh. Dari waktu ke waktu, persoalannya, pemilu Indonesia acap menjadi pertarungan tokoh. Namun ternyata dari 208 ribu perbincangan tentang tokoh, 116 ribu di antaranya adalah celotehan tentang Jokowi. Ini lebih dari separuh perbincangan,” imbuh Adi.
Sementara itu, perbincangan tentang Megawati tercatat hanya 13 ribu, Aburizal 33 ribu, dan Prabowo 32 ribu. Kesemuanya lebih rendah ketimbang perbincangan tentang partai. Paling rendah di antara empat partai adalah Golkar, dengan 38 ribu perbincangan, kemudian PDIP dengan 42 ribu perbincangan, Demokrat dengan 47 ribu perbincangan, dan paling atas PKS dengan 56 ribu perbincangan.
Kendati demikian, Adi menerangkan, hal ini tidak berarti perhatian terhadap tokoh secara umum saat ini lebih besar ketimbang perhatian terhadap partai. Pasalnya, tak lain adalah Jokowi sendiri yang menyebabkan perbincangan tentang tokoh mencapai jumlah yang lebih tinggi.
“Hasilnya, dalam perbincangan Pemilu 2014 pesona parpol nampaknya memang berada di bawah tokoh,” ujar Adi. “Perbincangan tentang empat partai dengan kursi paling banyak di DPR tidak setinggi empat kandidat capres yang paling marak diperbincangkan di berbagai survei akhir-akhir ini,” tambahnya.
Adi menekankan, ini artinya parpol tetap marak diperbincangkan mendekati pemilu mendatang. Namun Jokowi effect-lah yang menyebabkan perhatian publik tersita pada tokoh—lebih tepatnya, pada satu tokoh: dirinya. Di samping itu pula, di antara tokoh-tokoh, perbincangan tentang Jokowi jauh lebih banyak menuai sentimen positif dalam perbincangan publik. “Bila kondisi ini terus berlanjut atau berkembang, bisa jadi di Pemilu 2014 dalam pikiran publik tak ada alternatif selain Jokowi,” ujar Adi.
Menurut Adi, partai yang mengusung Jokowi seyogianya tidak lupa membenahi kerja riilnya, dan partai-partai lain dapat menggarap konstituennya di akar rumput ketimbang berfokus mengangkat tokoh. Adi berharap, Pemilu 2014 tidak menjadi ajang pencarian kandidat populer semata.
by Rully Ferdian
Komentar
Posting Komentar