Apa Itu Thalasemia?
Halo
Mahasiswa!
Jika
sebelum-sebelumnya kita sudah sering membahas mengenai kajian-kajian yang
berkaitan dengan permasalahan yang ada di Indonesia, jadi sekarang kita akan
membahas tentang kesehatan. Karena sebagai mahasiswa, kita harus kaya akan
pengetahuan. Iya kan?
Nah, kita akan membahas tentang salah
satu penyakit yang sudah banyak menyerang anak-anak di Indonesia. Oh tenang...
ini bukan penyakit yang biasa menyerang mahasiswa seperti maag yang diakibatkan
oleh pola makan yang tidak teratur ataupun sakit kepala karena tekanan tugas.
Tapi penyakit kelainan darah yang
diturunkan dari salah satu orang tua kepada anaknya sejak masih dalam
kandungan. Pembahasan mengenai penyakit ini juga telah diangkat dalam Talk Show yang dilaksanakan oleh UKM Band yang bekerja sama dengan UKM Kesehatan STIE Ekuitas pada tanggan 7 Februari 2017.
Yaitu, Thalasemia.
***
Oleh :
Deni Catur Gumilar
Apakah kalian
pernah mendengar istilah kata thalasemia?
atau kalian pernah mendengar penyakit kelainan darah? Baiklah mari kita bahas
apa itu penyakit thalasemia dan
bagaiamana perkembangan penyakit ini di Indonesia sendiri, serta apa dampak dan
penyebab dari penyakit thalasemia ini.
Thalassemia adalah penyakit kelainan darah yang diakibatkan oleh
faktor genetika dan menyebabkan protein yang ada di dalam sel darah merah, atau
disebut dengan hemoglobin, tidak berfungsi secara normal. Zat besi yang
diperoleh tubuh dari makanan digunakan oleh sumsum tulang untuk menghasilkan
hemoglobin. Dengan demikian penyakit thalasemia
merupakan penyakit kelainan darah, di mana umur darah 2 sampai 4 kali lebih
pendek dibandingkan darah normal. Penyebabnya adalah hemoglobin tidak terbentuk dengan sempurna sehingga sel darah merah
susah untuk terbentuk dan akibatnya penderita harus melakukan transfusi darah
secara rutin hingga seumur hidup. Jika 1 orang bisa donor darah 4 kantong dalam satu tahun setidaknya butuh 12
orang mencukupi penderita penyakit thalasemia
selama satu tahun mencapai kantong darah 48 kantong. Faktanya setiap 250 ml
darah yang ditransfusikan akan membawa 250 mg zat besi. Sedangkan untuk
kebutuhan normal kebutuhan zat besi hanya 1 – 2 mg per hari, akibatnya terjadi
penumpukan zat besi dalam tubuh dan bisa menyebabkan gagal jantung,
pembengkakan hati dan limpa.
Setiap 3 jam ada
satu anak yang mengalami thalasemia
dan dalam satu tahun diperkirakan ada 2500 anak yang menderita penyakit thalasemia serta angka ini akan terus
meningkat per tahunnya. Diperkirakan ditahun 2020 terdapat 22.500 anak
menderita thalasemia di Indonesia.
Hal ini 2 kali lipat dari jumlah kelahiran bayi di Indonesia setiap harinya
atau hampir 4 kali lipat jumlah
penderita thalasemia pada tahun 2014.
Thalasemia terbagi menjadi 2 jenis, yakni thalasemia mayor dan thalasemia
minor. Thalasemia mayor adalah
orang yang mengalami penyakit thalasemia sedangkan
untuk thalasemia minor hanya pembawa
gen thalasemia dengan gejala anemia ringan sehingga mereka tidak
perlu pengobatan thalasemia. secara
fisik pembawa thalasemia tidak dapat
dibedakan dengan manusia yang memiliki sel darah normal. Mereka bisa bekerja,
menikah dan melakukan aktivitas lainnya, bahkan mampu mendonorkan darahnya.
Thalasemia dapat dicegah dengan cara menghindari pernikahan dengan
sesama pembawa gen thalasemia. Lalu
bagaimana cara mendeteksi thalasemia?
cara satu-satunya untuk mendeteksi thalasemia
adalah dengan melakukan screening darah
untuk mengetahui normal atau pembawa gen thalasemia.
Dan bagaimana mekanisme penurunan thalasemia?
Thalasemia diturunkan dari orang tua
kepada anaknya. Jika thalasemia mayor
menikah dengan thalasemia mayor maka
mereka akan melahirkan 100% anak penderita thalasemia
mayor. Jika thalasemia mayor menikah
dengan thalasemia minor maka akan
melahirkan 50% anak penderita thalasemia
mayor. Dan jika sesama pembawa gen thalasemia
mnikah maka akan melahirkan 25% anak penderita thalasemia mayor tetapi jika thalasemia
minor menikah dengan pasangan normal maka tidak akan melahirkan anak penderita thalasemia mayor serta begitu juga penderita
thalasemia mayor menikah dengan pasangan normal.
Skema penurunan gen Thalasemia |
Di Indonesia 6 sampai 10 dari 100 orang adalah pembawa gen thalasemia. Jika penduduk Indonesia 200 juta jiwa, maka ada 20 juta orang pembawa gen thalasemia. Ini setara dengan jumlah penduduk Yogyakarta. Pembawa gen thalasemia di Indonesia seperti gunung es, masih sedikit orang yang terdeteksi dan sisanya masih banyak yang belum diketahui.
Dengan melihat
fenomena tadi, tentu perlu kita garisbawahi di sini bahwasannya penyakit thalasemia merupakan penyakit yang harus
kita cegah penyebarannya, karena penyakit ini dikategorikan penyakit yang belum
memiliki obat untuk menyebuhkannya. Alhasil orang yang menderita thalasemia harus setiap bulan melakukan
transfusi darah 4 kantong dan jika diakumulasikan penderita bisa menghabiskan
48 kantong darah dalam satu tahun serta ditambah biaya yang harus dikeluarkan
oleh penderita thalasemia kurang
lebih sekitar Rp. 10.000.000 setiap tahunnya untuk kebutuhan pengobatan. Dan cara
untuk mencegah penyebaran penyakit thalasemia,
yaitu dengan segera melakukan srceening
darah.
Ayo screening darahmu sekarang!!
***
Source by
Google
Deni Catur Gumilar (Kementrian Luar Negeri BEM STIE
Ekuitas)
KOMINFO 2017
Komentar
Posting Komentar