DILEMA BBM : SIAPA UNTUNG, SIAPA RUGI??


BBM naik sama dengan rakyat gak punya apa-apa. Diminta hidup sederhana, para pejabat foya-foya oya... aha... BBM naik sama dengan hidup penuh tanda tanya. Kelebihan dananya ke mana, tambah noda hitam Pertamina oya... aha…



Petikan lagu Krisis BBM Slank itu mungkin mewakili apa yang dirasakan rakyat saat ini. Kabar harga BBM yang akan dinaikkan Rp1.500,- per April nanti sontak membuat banyak pihak keberatan. Bagaimana tidak, kenaikan harga BBM otomatis menjadi patokan kenaikan biaya operasional—seperti tol, listrik, air—yang berdampak pada meningkatnya harga di semua sektor, dari sandang, pangan, papan, hingga pariwisata. Harga obat generik pun ditetapkan naik 6 sampai 9 persen oleh Kemenkes.
Foto: polppkotatarakan.blogspot.com



Tapi, benarkah masyarakat sepenuhnya mengalami kerugian? Kenaikan harga BBM, bagi para pekerja, biasanya diikuti dengan kenaikan gaji yang menyesuaikan dengan kebutuhan hidup, so sebenarnya setimpal kan, karena pengeluaran yang bertambah diimbangi dengan pendapatan yang meningkat? Para pemilik aset properti juga bisa tersenyum lebar karena kenaikan biaya operasional otomatis meningkatkan nilai jual properti mereka. Ini teorinya, tapi praktiknya? Seberapa besar masyarakat yang gajinya dinaikkan? Lalu, nilai jual properti yang meningkat apa diimbangi juga dengan jumlah pembelinya?

Itulah mengapa masyarakat kemudian lebih vokal melakukan protes, terutama masyarakat kelas menengah ke bawah, seperti petani dan pedagang kecil yang selalu ada di posisi terjepit ketika kebijakan pemerintah ini terwujud. Kenaikan harga BBM biasanya diikuti dengan kenaikan harga bibit hingga proses tanam dan panen, tapi harga jual ke pengepul tetap saja rendah. Pedagang juga, kenaikan harga membuat konsumen lari hingga keuntungan menurun. Ini cuma contoh kecil. Perempuan juga disebut-sebut paling susah ketika harga BBM bersubsidi dinaikkan. Ketua Umum Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa, mengatakan kaum perempuan akan paling merasakan dampak kenaikan harga BBM karena mereka yang melengkapi kebutuhan rumah tangga dan mengatur keuangan. Jelang kenaikan BBM yang otomatis menaikkan harga barang kebutuhansehari-hari, perempuan mengaku stres dan bingung.
Kenaikan harga BBM subsidi bakal membuat harga rumah juga meningkat karena harga bahan bangunan yang meningkat. Gufron, tenaga pemasaran perumahan di Depok mengungkapkan, kenaikan DP minimal KPR 30% bisa menurunkan penjualan rumah sampai 20%. Kenapa harga bangunan meningkat? Lagi-lagi, biaya transportasi atau operasionalnya makin mahal. Jadi, kebijakan pemerintah tersebut menimpa masyarakat sekaligus pengembang perumahan, padahal tanpa kenaikan BBM dan DM minimal, harga rumah terus meningkat.
Rasio Loan to Value (LTV) —angka rasio antara nilai kredit yang dapat diberikan oleh bank terhadap nilai agunan pada saat awal pemberian kredit—menunjukkan para nasabah calon pengguna KPR mesti merogoh kocek lebih besar untuk DP alias self financing seiring dengan naiknya harga jual rumah. LTV kredit kepemilikan rumah paling tinggi 70%, dengan tipe bangunan di atas 70 m². Misalnya, bank maksimal dapat memberi pinjaman 70 juta rupiah dari harga rumah sebesar 100 juta rupiah. Karena itu nasabah mesti punya dana sekitar 30 juta rupiah untuk DP. Nah, kalau harga rumah naik, otomatis naik juga, kan, DP yang mesti kita setorkan?

Foto: antaranews.com

Apa alasan pemerintah menaikkan harga BBM? Salah satunya karena harga minyak dunia yang kian tinggi. Harga minyak dunia melebihi angka 100 dollar AS, sementara asumsi harga minyak di APBN 2011 USD 80 per barel. Otomatis dibutuhkan tambahan subsidi sebesar 64 triliun rupiah. Tahun 2012 sendiri anggaran subsidi BBM sebesar 123 triliun rupiah dan listrik 45 triliun rupiah dengan asumsi harga minyak mentah dunia 90 dollar AS, dan setiap kenaikan harga minyak mentah dunia sebesar 1 dollar AS akan menambah beban subsidi BBM dan listrik sebesar 3,2 triliun rupiah.


Keberatan dan bentuk protes masyarakat diwujudkan dengan unjuk rasa secara massal, serentak di berbagai kota besar. Apa akan ampuh ubah keputusan pemerintah? Keadaan ini nggak jarang justru dimanfaatkan berbagai pihak, misalnya lawan politik partai berkuasa yang berjaya karena inilah saat tepat menjatuhkan citra partai penguasa di mata masyarakat. Menaikkan harga BBM diprotes, sementara pemerintahsendiri kewalahan jika terus menyubsidi BBM yang harganya terus melonjak. Padahal nggak sedikit pengguna BBM bersubsidi adalah kalangan mampu yang kendaraan pribadinya memenuhi Kota Jakarta, penyumbang kemacetan. Pada akhirnya semua kembali lagi ke kepentingan pribadi. Kebijakan yang terbaik untukmu, belum tentu terbaik untuk mereka, kan? Berlaku juga sebaliknya. So, kamu sendiri setuju harga BBM naik? Kenapa?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tipe-Tipe Orang dalam Berorganisasi

Ekuitas Rooms Tour